Minggu, 18 Desember 2011

Pemikiran filsafat pada masa yunani klasik

Pemikiran Filsafat Pada Masa Yunani Klasik

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

“Pengantar Filsafat”



Disusun Oleh :

KELOMPOK 2

Faridatul Nur Jannah
Junaidi
M. Homaidi
Lia Supiatin
Musannafah
M. Andik Mubarok
M. Fatchul Maarif
M. Nukman
Rofita Tri Wahyuni




Dosen Pembimbing

Muh. Fahmi




JURUSAN EKONOMI SYARIAH

UNIVERSITAS SUNAN GIRI

SURABAYA

2010


KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan hidayahnya serta kesehatan jasmani dan rohani kami dapat menyusun tugas makalah yang berjudul “Pemikiran Filsafat Pada Masa Yunani Klasik” ini dengan baik dan lancar. Tidak lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Muh. Fahmi selaku dosen pembimbing.
Sholawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada baginda besar nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya yang senantiasa istikomah dalam menegakkan syiar islam sebagai petunjuk manusia sampai akhir zaman.
Kami sebagai manusia biasa yang tak luput dari kekhilafan, kami mohon maaf apabila ada kesalahan dan kekurangan dalam pembuatan makalah ini. Saran dan kritik dari pembaca yang sifatnya membangun sangat kami harapkan agar dalam pembuatan makalah berikutnya dapat lebih baik lagi.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi semuanya, Amin ya robbal alamin.



Surabaya, 24 desember 2010


penyusun





























1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... 1

DAFTAR ISI ........................................................................................................................ 2

BAB I
A. LATAR BELAKANG ........................................................................................ 3
B. RUMUSAN MASALAH .................................................................................... 3

BAB II
PEMBAHASAN
    1. Pengertian Filsafat ...............................................................................................4
    2. Aliran Sofisme .................................................................................................... 4
    3. Filsafat Yunani Klasik ......................................................................................... 5
    4. Etik Sokrates, Plato dan Aristoteles …..................................................................... 5

BAB III
KESIMPULAN ................................................................................................................... 6

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 7






























2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Beberapa tentang kelahiran dan perkembangan Filsafat pada awal kelahiranya tidak dapat di pisahkan dengan perkembangan (Ilmu) pengetahuan yang munculnya pada masa peradaban kuno (masa yunani). Makna kata Filsafat sendiri adalah cinta Kearifan, arti kata tersebut belum memperhatikan makna kata yang sebenarnya dari kata Filsafat, sebab pengertian “mencintai” belum memperlihatkan keaktifan seorang Filosof untuk memperoleh Kearifan.
Aliran yang mengawali periode yunani klasik adalah Sofisme, kata Sofis berarti Arif atau Pandai,yaitu gelar bagi meraka yang memiliki kearifan dalam menjalani kehidupan. Namun pada zaman ini, kata Sofis berkaitan dengan orang yang pandai bicara, mempengaruhi orang dengan kepandaian berdebat. Sofis dalam gambaran yang di berikan para tokoh aliran ini terlihat jahat dan tidak memilki moral.
Namun mereka sebenarnya memiliki jasa yang lumayan besar dalam perkembangan Filsafat. Dan ada beberapa pendapat orang terhadap aliran Sofisme yaitu ada yang menganggap bahwa aliran Sofisme sebagai aliran yang merusak dunia Filsafat.

B. Rumusan Masalah
  1. Apa dampak hadirnya Aliran sofisme dalam Filosofi yunani?
  2. Bagaimana pemikiran Filsafat yunani klasik yang di pelopori Sokrates, Plato, dan Aristoteles
































3
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Filsafat
Kata Filsafat berasal dari kata yunani Filosofia, yang berasal dari kata kerja Filosofien yang berarti mencintai kebijaksanaan. Kata tersebut juga berasal dari kata yunani Philosophis yang berasal dari kata kerja Philien yang berarti mencintai, atau Philia yang berarti Cinta, dan Saphia yang berarti Kearifan, dari kata tersebut lahirlahkata Inggris Philosophy yang biasanya di terjemahkan sebagai “Cinta Kearifan”.
Filsafat adalah Ilmu yang menyelidiki hakikat yang sebenarnya dari segala yang ada (Al-Farabi). Filsafat merupakan kumpulan segala pengetahuan, dimana Tuhan, Alam dan Manusia menjadi pokok penyelidikan (Rene Descartes). Filsafat merupakan induk Agama dari Ilmi-ilmu dan filsafat mengenai semua pengetahuan sebagai bidangnya (Francis Baron).
Filsafat adalah tidak lebih dari suatu usaha untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan terakhir, tidak secara dangkal atau dogmatis seperti yang kita lakukan pada kehidupan sehari-hari atau bahkan dalam kbiasaan ilmu pengetahuan (Bertrand Russel). Filsafat adalah pencarian akan jawaban atas sejumlah pertanyaan yang sudah ada semenjak zaman yunani hal-hal pokok yang telah sama. Pertanyaan-pertanyaan apa yang dapat kita ketahui dan bagaimana kita dapat mengetahuinya. Hal-hal apa yang ada dan bagaimana hubungannya (Alfred Ayer).
Filsafat haruslah dipandang sebagai suatu pengungkapan mengenai perjuangan manusia secara terus menerus dalam upaya melakukan penyesuaian berbagai tradisi yang membentuk budi Manusia terhadap kecenderungan Ilmiah. tegasnya , Filsafat sebagai suatu alat untuk membuat penyesuaian-penyesuaian diantara yang lama dan yang baru dalamsuatu kebudayaan.(John Dewey).
Dari berbagai definisi diatas masih dapat di tambah lagi hingga berpuluh-puluh definisi kenyataannya, dari beragaman batasan pengertian Filsafat tersebut melahirkan persoalan tersendiri yang membingungkan. Atas dasar uraian di atas, maka kami memberikan suatu konsep bahwa Filsafat mempunyai pengertian yang multi-dimensi yaitu :
  1. Filsafat sebagai Ilmu
  2. Filsafat sebagai cara berfikir
  3. Filsafat sebagai pandangan hidup

B. Aliran Sofisme
Pada pertengahan abad ke-5 sebelum masehi timbullah aliran baru dalam Filosofi yunani yang berlainan sekali sifatnya daripada yang dikenal ketika itu, aliran itu dinamai aliran Sofisme. Kaum Sofisme itu muncul bermula diatena dan dengan sebentar saja ajarannya berkembang keseluruh Attika, karena mereka memaparkan soal-soal dan mereka memecahkan berbagai masalah hidup di tengah-tengah rakyat. Tindakan guru-guru Sofis itu membawa perubahan besar dalam sejarah peradaban grik.
Zaman Fofistik ini adalah zaman perpisahan, masa pancaroba dalam alam pikiran grik. Oleh kerena kedudukannya pada perpisahan zaman, kaum Sofis merintis jalan baru yang arahnya belum tertentu. Ajaran kaum Sofis meruntuhkan yang ada dengan tiada menimbulkan yang baru.
Sesungguhnya gerakan Sofisme penting juga bagi sejarah Filosofi. Sekalipun ia tidak memberikan keputusan tertentu dan tetap, karena tindakan kaum Sofis timbullah soal-soal yang menjadi buah pikiran yang pokok penyelidikan bagi Sokrates, Plato dan Aristoteles beserta murid-muridnya kemudian.
Kaum sofis membawa filosofi memandang manusia sebagai mahluk yang berpengetahuan dan berkemauan. Pengetahuan manusia dan kemauan itulah sekarang dijadikan soal filosofi. Kaum Sofis tidak ada yang sama pendiriannya tentang suatu masalah. Mereka hanya sependuluan dalam meniadakan, dalam pendirian negatif, pokok ajarannya adalah bahwa ” kebenaran yang sebenar benarnya tidak tercapai” ,maka tiap-tiap penduluan boleh dibenarkan. Oleh karena Sofisme mengajar orang memandang segala-galanya sebagaisementara, ajarannya bersifat relatif. Sofisme adalah teori tentang relativisme, menyementarakan segala-galanya.
Kaum sofis menggontangkan segala sendi kebenaran sehingga orang tak tau lagi apa yang boleh dikatakan benar buat sekarang dan kemudian.
4
Tak heran kalau banyak kekacauan yang ditimbulkannya dalam pergaulan hidup. Protagoras salah satu tokoh terkemuka aliran ini menyatakan bahwa manusia adalah ukuran segalanya, jika manusia mengaggapnya demikian maka demikianlah adanya.

C. Filsafat yunani klasik
Pada periode yunani klasik perkembangan filsafat menunjukan kepastian, yaitu ditandainya semakin besar minat orang terhadap filsafat. Zaman klasik bermula dengan Socrates, tetapi Socrates belum sampai kepada sesuatu sistim filosofi, yang memberikan nama klasik kepada filosofi itu. Sistem ajaran filosofi klasik baru dibangun oleh plato dan aristoteles.
Berdasaran ajaran Socrates tentang pengetahuan dan etik beserta folosofi alam yang berkembang sebelum Socrates. Plato mencapai titik persatuan dalam Filosofi grik yang selama itu menyatakan perbedaan pandangan. Dengan itu terdapat, untuk pertama kali dalam sejarah dunia barat, suatu sistem pandangan yang menyuluhi keseluruhannya dari satu pokok. Aristoteles meneruskan pokok pengertian Plato dan membangun suatu sistem Filosofi yang di dalamnya terdapat tempat tersendiri bagi berbagai ilmu spesial. Buah pikiran dalam sistem pengetahuan Plato dan Aristoteles menguasai alam pikiran orang barat sampai kira-kira dua ribu tahun lamanya. Itulah yang membarikan nama klasik kepada Filosofi mereka.

D. Etik Sokrates, Plato dan Aristoteles
Budi ialah tahu, kata Sokrates inilah intisari daripada Etikanya. Orang yang berpengetahuan dengan sendirinya berbudi baik. Paham etikanya itulah kelanjutan daripada metode Sokrates. Ajaran Etik Sokrates intelektual sifatnya, selain dari itu juga rasional.
Menurut Sokrates, Manusia itu pada dasarnya baik. Seperti dengan selaga barang yang ada itu ada tujuannya, begitu juga hidup Manusia. Keadaan dan tujuan Manusia ialah kebaikan sifatnya dan kebaikan budinya. Dari pandangan Etik yang rasioal itu Sokrates sampai kepada sikap hidup, yang penuh rasa keagamaan. Menurut keyakinannya, menderita kezaliman lebih baik dari berbuat zalim. Dalam segi pandangan Sokrates yang berisi keagamaan, terdapat pengaruh paham rasionalisme.
Semuanya itu menunjukkan kebulatan ajarannya, yang menjadikan ia sekarang Filosof yang utama seluruh masa. Seperti juga Sokrates etika Plato bersifat intelektual dan rasional. Dasar ajarannya ialah mencapai budi baik. Pendapat Plato seterusnya tentang etik bersendi pada ajarannya tentang idea. Menurut Plato, ada dua macam budi :
1.Budi Filosofi yang timbul dari pengetahuan dengan pengertian.
2.Budi yang biasa terbawa oleh kebiasaan orang banyak. Sikap hidup yang dipakai tidak terbit dari keyakinan, melainkan disesuaikan kepada moral orang banyak. Ada dua jalan yang dapat ditempuh untuk melaksanakan dasar etik. yaitu:
1. melarikan diri dalampikiran dari dunia yang lahir dan hidup sematamata
dalam dunia idea.
2. mengusahakan berlakunya idea itu dalam dunia yang lahir ini.
Kedua-dua jalan itu di empuh oleh Plato. Tujuh etik Plato bersatu kembali pada bidang Agama, yang menekankan bahwa budi adalah tujuan untuk melaksanakan idea keadilan dalam penghidupan seseorang dalam Negara sebagai badan kolektif.
Etik Aristoteles pada dasarnya serupa dengan etik Sokrates dan Plato. Tujuannya mencapai Eudaemunic, kebahagiaan sebagai “Barang yang tertinggi” dalam penghidupan. Tetapi ia memahamkannya secara realis dan sederhana. Ia tidak bertanya tentang budi dan berlakunya seperti yang di kemukakan Sokrates. Ia tidak pulang menuju pengetahuan tentang idea yang di tegaskan oleh Plato. Ia menuju kepada kebaikan yang tercapai oleh Manusia yang sesuai dengan jenisnya laki-laki atau perempuan, derajatnya, kedudukannya atau pekerjaannya. Tugas daripda etik ialah mendidik kemauan manusia untuk memiliki sikap yang pantas dalam segala perbuatan.
Budipikiran, seperti kebijaksanaan, kecerdasan dan pendapat yang sehat lebih diutamakan oleh Aristoteles dari budi perengai, seperti keberanian, kesederhanaan dan lain-lainnya. Keadilan dan persahabatan, menurut Aristoteles adalah Budi yang menjadi dasar hidup bersama dalam keluarga dan Negara.

5
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Adanya aliran Sofisme dalam filosofi yunani dapat membawa berubahan budaya dan peradaban Athena. Aspek positif dari adanya aliran sofisme ini akan mempengaruhi terhadap kebudayaan yunani, yaitu suatu revolusi intelektual dan mengangkat manusia sebagai objek pemikiaran Filsafat, gerakan aliarn sofisme juga penting bagi sejarah filosofi karena aliarn sofisme telah memajukan pandangan baru.
2. Sokrates , Plato dan Aristoteles pada dasarnya mempunyai pandangan etik yang sama. Pandangan etik Sokrates dan Plato bersifat intelektual dan rasional. Sedangkan pandangan etik Aristoteles bersifat realis dan sederhana.








































6

Daftar Pustaka

Hatta Muhammad, Alam pikiran yunani (Jakarta:Universitas Indonesia, 1986).
Achmadi Asmoro, Filsafat Umum (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008).
Soemargono Soejono, berfikir secara kefilsafatan (Yogyakarta:Nur Cahaya,1984)
Poedjawiatna, pembimbing kealam Filsafat (Jakarata : P.T. Pembangunan,1966).
Suhendi hendi, Filsafat umum (Bandung : Pustaka Setia,2008)














































7

Tidak ada komentar:

Posting Komentar